Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2017

Jangan Cintai Aku Apa Adanya

Akhirnya saya merenungi sekilas makna lirik lagu Tulus ini. Saya pernah menginginkan seseorang yang baik dan terima saya apa adanya. Kemudian tiba-tiba terlintas dipikiran, apa maksudnya? Apa maksud saya "meminta" seseorang menerima saya apa adanya. Bukan kah kewajiban kita setiap hari harus menjadi lebih baik dari diri yang sebelumnya?  Pada saat itu yang saya pikirkan adalah seorang yang ingin dekat dengan saya harus menerima saya apa adanya, segala sifat buruk yang saya punya, dan kekurangan saya. Egois sekali ya, pikir saya saat ini. Semua orang berhak mendapat perlakuan terbaik dari kita, meski tidak harus sempurna sebagaimana yang kita atau mereka harapkan. Akan tetapi memperlakukan orang dengan baik karena meneladani Rasulullah SAW, dan memperbaiki diri dari sifat buruk yang berpotensi "membahayakan" diri dan orang disekitar kita dengan niat menjadi pribadi yang lebih baik dan matang adalah kewajiban kita sebagai manusia. Cintai aku apa adanya terkesan berpas

Menulis = Terapi Emosi

Beberapa waktu belakangan ini saya lagi suka nonton kajian dari Ustad Bendri Jaissyurahman, seseorang yang diberi ilmu oleh Allah swt tentang rumah tangga Islam termasuk didalamnya ilmu parenting dan how to be a good wife, how to be a good husband dengan role mode yang tepat sesuai sirah nabawiyah, dan masih banyak lagi yang belum ditonton.  Disitu saya belajar tentang bagaimana sifat wanita secara general, dengan tujuan mengenal, sadar, dan memperbaiki apa-apa yang belum saya punya sebagai seorang wanita akhir zaman. Intinya Ustad Bendri menyampaikan kira-kira begini kalau saya rumuskan : wanita itu bersifat lebih perasa tapi biasanya tidak bisa mengungkapkan perasaan dengan tep a t . Alias emosinya kurang stabil, baik itu marah atau sedihnya. Dipikir, tul uga yah. Wanita itu perasa, saking bapernya kemungkinan terjadi dua hal, dia lepaskan semua unek-uneknya tanpa pikir panjang, atau meredam emosi agar tidak menyakiti orang yang dicintainya. Akibat dari itu adalah adanya wanita

Catatan Bulan September

September ceria..kalo kata lagu, tapi rasanya September seperti masa-masa peralihan, yang sebentar lagi sudah memasuki penghujung tahun. Entah kenapa memasuki September ada saja turning point baru, seperti reminder yang membuat saya kembali menoleh ke belakang. Bukan maksud menyalahkan sang bulan, tapi melekatnya memori bulan ini di setahun kemarin menjadi awal-awal pengantar menuju turning point hidup yang dijalani hingga saat ini.  Setahun terasa sangat cepat kalau kita ingat dari hari ini, tapi terasa lama bila kita menunggu dan menebak-nebak untuk hidup setahun kedepan, mengira-ngira apa yang akan terjadi. Diri ini di detik ini pun bukanlah diri yang dapat dibayangkan saat setahun yang lalu.  Setahun dapat mengubah seseorang dengan begitu ekstrimnya. Waktu yang panjang untuk yang ingin mempermak penampilan, dengan ber-diet misalnya. Waktu yang panjang pula untuk menyelesaikan studi yang sedang dijalani. Waktu yang panjang pula untuk mengubah status dari single menjadi men