Notes tentang bersyukur

Rasanya akhir-akhir ini selalu diingatkan dengan sebuah kata yaitu "syukur", satu dari sekian ilmu kehidupan yang akan terus selalu dipelajari dan diterapkan seumur hidup. Syukur adalah koentji. Kunci dari segala keterbukaan. Terbuka menerima segala nikmat yang telah diberikan, berterima kasih atas yang sudah ada hingga tak lagi berpikir tamak ingin meraih apa yang belum di genggaman. 

Bersyukur menjadi sulit jika segala sesuatu yang kita inginkan mudah diraih, mudah didapat. Bersyukur jadi mudah bila kita mendapatkan sesuatu yang sangat diinginkan, apalagi diwaktu yang tepat. 

Satu lagi hal yang harus diterapkan, bersyukur dalam keadaan sulit, bersyukur dalam musibah, dan bersyukur dalam keadaan sempit. Orang hebat adalah orang yang beristigfar dikala mendapat nikmat, sebab takut bila nikmat itu melalaikan ia dari Allah. Sementara orang hebat pula bila ia bersyukur dalam musibah, sebab ia tahu sejatinya musibah itu lah ladang pahala, kesempatan emas pengampunan dosa. 

Yang saya serap dari para guru-guru yang menyampaikan ilmu bersyukur adalah, kita sulit bersyukur karena kita tidak berpikir, berpikir tentang jalan berliku rezeki yang saat ini sampai dalam genggaman kita dan yang telah masuk ke tubuh atau pun yang saat ini ada di hadapan kita.

Suatu kali saya sering dalam perjalanan bermotor, tiba-tiba hati ini tergerak dan terhenti pada seorang penjual minuman, padahal tidak sedang kepingin banget, setelahnya minuman itu saya minum di rumah dan itulah rezeki hari itu, minuman yang saya minum telah saya jemput, dan penjual dapat rezeki uang hari itu dari minuman yang saya beli. Sadarkah kita bahwa itu sebenarnya jalan yang sudah diatur Allah? 

Pernahkah kita berpikir perjalanan sepiring nasi yang masuk ke mulut kita? Bermula dari padi yang digiling, menjadi beras, masuk ke produsen, dikarungin, kemudian dibeli oleh ibu kita, dimasak, barulah sesuap demi sesuap berbutir-butir beras yang telah menjadi nasi masuk ke mulut lalu diserap tubuh, mengenyangkan dan menjadi tenaga bagi kita. Ada banyak lagi perjalanan atau alur rezeki yang kadang luput dari pemikiran kita.

Bahkan saat kita lapar pun harusnya bersyukur, karena kalau tidak lapar darimana nikmatnya makan? 
Saat sakit harus bersyukur, karena kalau tidak sakit bagaimana kita tahu nikmatnya sehat?
Begitu pun saat lelaaah sekali, karena kalau tidak lelah mungkin kah kita merasakan nikmatnya beristirahat? 

Mulai mensyukuri hal-hal kecil misalnya, ketika dapat rezeki, kemudian fokuslah pada yang memberi, tak ada sesuatu yang sampai di tangan kita kecuali atas izin Allah. Semoga 2018 ini semakin bisa bersyukur lebih sering, ngurangi berpikir berlebihan tentang rezeki, ngurangi baper karena te ada duit, juga bersyukur masih diberi kesempatan untuk hidup, bersyukur masih jomblo *eh single deh, bersyukur semua-muanya deh. Mudahkan kami untuk bersyukur Ya Allah..aamiin :)




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tahun Baru, Hati Baru

Memori Desember