Aku Rindu Menulis

Assalamualaikum,

Sepertinya saya harus belajar lebih banyak tentang disiplin dan mulai menulis saja dengan apa adanya. Hari ini Minggu 11 Juni 2017, saya atas izin Allah yang memudahkan langkah ini ikut pelatihan menulis yang diadakan oleh mesjidnya anak muda di Pontianak, Mesjid Munzalan Mubarakan 2 atau biasa dikenal dengan nama Mesjid Kapal Serdam, dalam rangka memeriahkan Bulan Ramadhan bertajuk "Kampung Ramdhan". Ini adalah salah satu program yang paling berkesan buat saya, karena dari dulu pengen banget ikut workshop nulis, cuma kegiatan tersebut ada di ibukota dan dimentori penulis-penulis handal di bidangnya. Hal itu malah buat saya cuma nganggepnya mimpi, ilmunya masih belum nyampe, dan sebagainya. Semoga suatu saat bisa ikut acara-acara seperti ini, ini adalah first step yang luar biasa ngaruh dalam pola pikir saya tentang tulis-menulis. Pelatihan nulisnya cukup singkat, hanya 3 jam, tapi sepanjang 3 jam materi dan tanya jawab dengan Bung Ben (Pak Beni Sulastyo), salah satu pilar a.k.a pimpinan dari Pondok Modern bagian dari mesjid tersebut yang menekuni dan hobi tulis-menulis itu, jujur, saya tidak merasakan bosan sama sekali. Ada sih nguap-nguap dikit, tapi maklumi aja lah ya (maklumi diri sendiri :p). 

Seriously, meski pun awalnya meragu ikut acara begini, ragu akan kemampuan saya, gimana kalo tiba-tiba disuruh nulis dan mampet otaknya? gimana kalau disuruh nulis malah ga karu-karuan berantakannya? gimana kalo yang datang dikit doang? gimana kalo keramean yang datang? dan banyak lagi pertanyaan menghantui yang sering membayangi dan ngegoda untuk melangkah ke tempat penuh ilmu. Tapi, lebih banyak poin-poin manfaat yang membuat saya ingin melangkah kemarin, karena saya ingin men-challenge diri saya dan cari tau potensinya kemudian sebuah question in mind, "bukankah untuk memulai atau menjalankan sesuatu bukan kah kita harus punya ilmunya terlebih dahulu?" berilmu kemudian beramal. Untuk masuk pasar saja (terjun ke dunia perdagangan) harus lebih dulu tau ilmunya agar tidak terjerumus riba dan lain sebagainya, begitu pun dengan menulis yang dengan kata-kata serta hasil pemikiran bisa merubah dunia, bisa berbahaya atau pun membawa kebaikan. Tentu kita harus tau juga hal-hal basic tentang dunia tulis-menulis kalau mau menghasilkan tulisan yang baik.

Ada 4 hal dasar dalam menulis yang dikaitkan dengan sifat-sifat Rasulullah SAW. (akhirnya saya mengingat kembali sifat-sifat beliau yang dulu pernah dipelajari jaman sekolah ini). Pertama yaitu "Siddiq" yang artinya jujur, jujur pada diri sendiri, tulislah apa yang kita senangi, sebab hasil karya memang akan terlihat luar biasa bila ditorehkan dari hati. Saya pernah menekuni satu bidang dan membuat hasil karya yang tidak saya senangi, mungkin siapa pun pernah terjebak dalam mengerjakan sesuatu yang tidak disenangi, hasilnya tentu akan sangat beda, mulai dari kepuasan batinnya, hingga mungkin saja hasil karya tersebut akan memberi pengaruh pada orang yang melihat dan menikmatinya. Jujur adalah kunci pertama, akui kelemahan dan kelebihan kita, tanpa perlu berpura-pura dan menjadi orang lain dalam berkarya. Kedua, "Amanah", artinya jujur kepada orang lain, menyampaikan suatu ilmu dan informasi melalui tulisan haruslah jujur, tanamkan bahwa ilmu yang kita miliki bukanlah milik kita seutuhnya, ilmu ternyata harus diajarkan kembali hingga menuju pada poin ketiga yaitu "Tabligh" adalah menyampaikan, sebagai kewajiban manusia untuk berdakwah, dengan caranya masing-masing, kali ini konteksnya adalah karya tulis. Terakhir akan muncul hal utama yaitu "Fathonah" adalah kecerdasan, kecerdasan yang terlatih dengan banyaknya informasi yang disampaikan secara baik dan jujur, yang mana harus dilatih seiring berjalannya waktu. Intinya sering-sering diasah dan nulis aja terus. 

Nulis itu gampang-gampang susah, gampang kalau sedang ada mood dan inspirasinya (kata teman-teman dan kata saya sih gitu). Susah kalau banyak distraction atau gangguan, apalagi sebagai wanita biasanya agak sulit untuk fokus dengan naluri multi tasking dan over thinking nya. Berpikir secara sistematis juga jadi salah satu faktor yang membuat kita bisa menulis dengan mudah dan jalan masuk untuk mengalirnya ide-ide segar. Nah satu lagi, ternyata stress itu adalah musuh terbesar kita saat menulis, bisa sih nulis dijadikan stress reliever, tapi biasanya kalau udah stress hasilnya berantakan, ga natural, cepat mandek. 

Pelajaran lagi dari pelatihan nulis tadi, bahwa jadikanlah menulis itu sebagai hobi, sebagai kesenangan, bukan beban, bukan profesi, apalagi mengharapkan hal-hal duniawi seperti ingin dilihat hebat, dipuji, apalagi dibayar. Munafiq ah! mana ada sekarang ngelakuin sesuatu tanpa harapan? minimal ngarep dipuji. Iya, mostly memang iya dengan kebanyakan orang disekitar yang berbuat demikian. Tapi ternyata untuk menghapus itu semua ada caranya, mulai sesuatu apa pun (kebaikan) dengan yang namanya niat dan doa, bener juga ini ya, bener banget! Sebelum ditengah jalan nanti muncul niat-niat melenceng tersebut, lebih baik sebelum mulai kerja atau apa pun diawali dengan niat dan doa biar ga salah fokus.


Udah ah, nanti ga jadi di post lagi. Semoga tulisan-tulisan di blog ini selanjutnya bisa lebih baik, lebih banyak review lagi, membahas hal yang bermanfaat, dan lebih konsisten lagi. Sukses untuk teman-teman semua di jalannya masing-masing! Wassalamualaikum... 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jangan Cintai Aku Apa Adanya

Tahun Baru, Hati Baru

Memori Desember