Cuap-cuap Tentang Hidup

Duh saya sangat jarang menyentuh blog ini karena banyak sekali distraction belakangan, entah itu layak disebut sebuah distraction atau hanya buatan dan alibi kelemahan komitmen saya. Terlepas dari itu semua, saya akan terus menulis disini, penting tidak penting, frekuensi naik turun, karena isi kepala saya perlu ditumpahkan sebagian kecil biar otak semakin terlatih dengan kemampuan bermain kata. Beberapa minggu terakhir kita disibukkan dengan aktivitas lebaran, by the way Selamat Hari Raya Idul Fitri untuk para Muslim/ah yang telah berjaya sebulan meraih berkahNya. Semoga segala amal ibadah kita dapat diterima, dapat ponten yang bagus, dan terus dilakukan secara istiqomah hingga akhir hayat, aamiin. 

Bagaimana dengan lebaran kemarin? sudahkah kalian hadapi pertanyaan "Sibuk apa sekarang?", "Mana calonnya?", "Kapan nikah?", dan sebagainya. Berapa banyak pertanyaan yang kalian dapat? Bagaimana dampaknya dalam hidup kalian? Saya harap pertanyaan-pertanyaan tersebut memacu kalian untuk menjadi lebih "kuat" dalam menghadapi society, baik di lingkup kecil keluarga mau pun lebih besar lagi.

Ngomong masalah hidup, fullfill the society's questions is not the answer of the good quality of life. Teruntuk para manusia baper yang menjadi sasaran empuk society's questions. Mendapat pertanyaan atau cercaan, kritik, nyinyiran tentu bisa jadi hal besar dalam diri kita. Orang nanya atau ngebahas ga sampai bermenit-menit, lah kita kena imbas buat overthink nya berhari-hari. Kadang kita suka bertanya-tanya sendiri atau mikir sendiri, kenapa orang-orang ga pada bahas yang lain aja sih? ga perlu nanyain apalagi nyuruh ini itu untuk hidup orang lain. Sering kali saya berfikir "mind your own business" karena saya sendiri tidak mau tell others to clean their house, cause I wanna fix mine. 

Satu sisi saya berfikir seperti itu, kenapa sih begini? kenapa sih saya tidak pernah bahagia dengan hidup selama pertanyaan dan perkataan orang-orang menjadi hal yang selalu saya pikirkan setiap harinya? End up by feeling guilty, instead of menjadikan pertanyaan tersebut sebagai angin lalu, atau lebih baiknya menjadi pemacu untuk berusaha lebih baik. Terkadang kita menjadi victim dari pemikiran kita sendiri. Untuk itu saya "mengadakan" sebuah doktrin, nanya/kepo = peduli. Yup, apalagi kalau pertanyaan datang dari keluarga sendiri, mereka bertanya, berarti mereka peduli, mereka peduli akan kebahagiaan hidup kita, kesuksesan kita, keberhasilan yang sepatutnya kita raih. Dengan harapan berfikir seperti itu menjadikan saya pribadi menerima masukan dengan hati yang lebih positif. 

Masing-masing orang punya skenario hidupnya sendiri. Everyone has their own life pattern, tidak melulu harus sesuai social perception. Yang menurut kita hidup seseorang lebih enak, belum tentu enak kalau kita yang menjalani. Yang menurut orang lain hidup kita terlalu drama, belum tentu mereka mampu menanggung semua yang tidak mereka tahu. Latar belakang hidup orang pun berbeda-beda, yang tidak bisa kita bandingkan dengan kehidupan kita serta sikap dan cara kita memandang kehidupan. Ada yang memandang hidup dengan santai, dan let it flow. Ada yang terlalu serius sebab tak ingin hidupnya sia-sia dan tidak meninggalkan karya. Ada yang sangat realistis, ada yang freakin' idealis seperti saya. 

Hidup itu menerima, menerima keadaan dan mensyukuri. Seorang teman telah sibuk tenggelam dalam pekerjaannya hingga sedikit waktu luang untuk keluarga. Waktu luangnya ia berikan untuk keluarga agar dia menjadi lebih "hidup". Sementara yang lain sehari-harinya selalu menghadapi anggota keluarga, dalam bahagia hingga konfliknya yang membuat muak, sehingga ingin rasanya memiliki kesibukan dan tantangan hidup baru agar dapat keluar dan refreshing sebentar dari lingkup keluarga. By this condition saya mendapat sebuah pencerahan bahwa life is the matter of grateful, hidup itu adalah bersyukur. Kita tidak pernah dan tidak akan pernah selalu mendapat apa yang kita mau, mendengar apa yang kita ingin dengar, dan menyaksikan apa yang kita ingin lihat, karena sejatinya kita tercipta dengan jiwa kerakusan yang hanya mampu dikendalikan oleh iman. 

Our life is the way we're thinking, yes, but we have to prepare for the unexpected events. We go on plans, but we couldn't beat His decision, cause He knew us better than we know ourselves. 

Pernah suatu hari saya berbincang dengan teman, tentang hidup, segala drama dan kelelahan akan itu semua. Hingga saya berkata, "bersyukur itu sulit ya, kemudian ikhlas", dua hal yang tidak akan pernah berhenti membuat kita belajar dalam hidup. Pelajaran sepanjang hidup, yang ujiannya mendadak, nilainya masih dirahasiakan, dan setelah itu kita dapat belajar setelah ujiannya. 

Saya belajar banyak, dari keluarga, teman, bahkan dari pemikiran dan hati saya sendiri, dari quotes yang selalu lebih indah dari kehidupan namun dapat memberi kekuatan, dari orang-orang sederhana yang lebih bahagia, bahkan dari orang-orang berkecukupan yang mengeluh bahwa saya perlu tiga prinsip dalam hidup, mereka adalah sabar, syukur, dan ikhlas. Apa yang akan Dia berikan tidak akan tertukar, bahkan banyak yang sedang berada dalam perjalanan menuju kita, yang tidak kita duga, just bear the confusion a little longer kalau kata Nashiha Pervin. Toh apa sih yang kita cari dalam hidup? bukan mencari pengakuan orang lain, tetapi ketenangan yang hakiki dan bekal amal serta jariyah agar bermanfaat bagi orang lain. Sering-seringlah lihat ke bawah, jangan selalu menengadah, nanti pegel - kata saya kepada diri saya. 


Wish we have a great life for Akhirah & Dunya, useful for surroundings, no need to mind the negative comments, just go on and live the life without escape from your heart, cause you can't.



*tulisan dipindah dari blog utama ulyayuthika.blogspot.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jangan Cintai Aku Apa Adanya

Tahun Baru, Hati Baru

Memori Desember