Rasa Syukur di 23

Assalamualaikum! Tulisan ini mundur berbulan-bulan dari deadline dimana seharusnya saya mem-posting tepat ditanggal 23 di usia yang ke 23. Ternyata sulit juga untuk mengumpulkan 23 poin penting yang bermakna dimana membuat saya melihat kembali ke belakang, mengingat, dan merangkum hal yang berpengaruh dalam hidup dan patut saya syukuri. Postingan kali ini agak motivasional ala-ala dan mayan puanjang, jadi syukur-syukur kalau ada yang baca ya. 

Sudah 23 tahun lebih saya diberi amanah di dunia. Terhitung kira-kira 10 tahun sejak usia baligh, dimana pertanggungjawaban hidup sudah sepenuhnya ada pada diri sendiri. Momen-momen hidup yang sudah dilewati menjadi perhiasan sekaligus pembelajaran untuk menjalani hari ini dan bekal pengingat dikemudian hari. Sadar bahwa hidup itu adalah berjuang dan memilih, kita juga harus ingat bahwa hidup itu adalah tentang ujian dan belajar. Ternyata ujian dan belajar tidak hanya berhenti di bangku sekolah saja. Ada pembelajaran yang lebih sulit dan saya baru saja memulainya, memulai ujian dan belajar yang sesungguhnya.

Bertambah usia membuat kita semakin berpikir, semakin memahami esensi hidup, dan akan sangat baik bila kita berusaha untuk menjalankan sebaik-baiknya dan mengerti hidup sebenarnya ini untuk apa. Ada suatu waktu saya bertanya ke ibu saya, "Ma, kok semakin tua semakin banyak ya pikirannya, ada aja yang dipikirin", ibu saya menjawab "ya, itulah tandanya udah semakin dewasa". 

Kemudian saya berpikir lagi, seberat itu kah menjadi dewasa? sedang saya baru menginjak dewasa awal saja pikiran saya sudah "se-tua" ini, bagaimana nanti? Semakin sadar bahwa hidup bukan hanya untuk sekedar bersenang-senang. Namun nyatanya hidup bukan pula untuk diseriusi, santai saja, jalani tugas kita yang sebenarnya, jangan terlalu mengejar dan berpikir terlalu dalam tentang hidup, apalagi kehidupan di dunia. 
Mengingat 6 tahun ke belakang, moment dikerjain saat berulang tahun ke 17 membuat saya ingat masa SMA begitu menyenangkan, persahabatan yang solid, ketulusan, dan senang-senang ala anak SMA. Ketika beban terberat saat itu hanya ujian nasional. Usia 18 tahun saya dikejutkan dengan teman-teman yang "menggedor" kamar asrama untuk mengucapkan selamat ulang tahun. Saya ingat kembali, beban terberat saat itu adalah memasuki kehidupan baru di perantauan, penyesuaian diri untuk hidup jauh dari rumah yang serba nyaman untuk membentuk pribadi jadi lebih mandiri dan menghargai. Moment paling tak terlupakan lainnya di usia 19 tahun yang saya lalui di negeri yang saya senangi sejak beberapa tahun sebelumnya hingga saat ini, yaitu di Busan, Korea Selatan. Hal yang tidak pernah saya bayangkan akan terjadi secepat itu, dengan tantangan bertahan hidup di negeri orang sebagai minoritas. Lanjut usia ke 20 saya lewati di kota Bandung, di moment random trip bersama dua orang sahabat saya saat kuliah. Dengan surprise berupa coklat yang membuat hati saya meleleh, hehe :) 
Usia ke 21, saya lalui dalam masa-masa skripsi, di tengah rusuh dan kusutnya pikiran saat itu, kehadiran teman-teman seperjuangan dengan kue, lilin, dan hadiah ke kamar kos sempit kami menjadi penyemangat diri, saya dikelilingi teman-teman yang sangat perhatian. Hingga usia ke-22 saya lalui dengan kembali di rumah orang tua sendiri. Ya, sejak merantau di umur 17 saya tidak melalui tanggal 23 November di rumah. Meski kehadiran teman-teman di samping saya saat-saat itu membuat saya merasa berada di rumah. 
Tahun 2016, saat ini usia saya menginjak angka 23, dan saya kembali melaluinya di rumah, Alhamdulillah. Flashback setahun ke belakang, banyak sekali hal yang dialami, pelajaran yang didapat, kejutan-kejutan, kesedihan dan kebahagiaan orang sekitar yang mewarnai satu tahun kemarin. Secara teknis, ulang tahun berarti usia yang kian bertambah secara angka, namun berkurang dalam hal jatah umur. Sejak setahun belakang, saya tak lagi menganggap ulang tahun identik dengan ucapan, kue, lilin, dan kado, dan bukan pula tradisi yang harus dirayakan. Saya sangat bersyukur dan senang bila banyak yang ingat tanggal kelahiran saya, dengan harapan mendapat doa yang baik, sehingga doa pun dapat berbalik ke yang mendoakan, bukan untuk dirayakan. 

Usia 23 tidak ada makna khusus, hanya sebuah angka yang menyatakan bahwa saya sudah melewati masa dewasa awal, early 20s. Pengalaman hidup tidak banyak, prestasi apa lagi. Sifat dan perilaku yang lalu pun masih banyak yang perlu dibenahi. Tapi, semoga kita semua selalu berproses ke arah yang lebih baik. 
Berikut adalah 23 hal yang patut syukuri dalam hidup saya dan mungkin teman-teman semua:

1. Menjadi Seorang Muslim
Terlahir sebagai seorang muslim dan dibesarkan dalam keluarga muslim pula. Tidak ada alasan untuk tidak bersyukur akan hal ini. Nikmat terbesar kita adalah menjadi seorang muslim, tugas kita  adalah menggunakan nikmat itu untuk bersyukur kemudian mempelajari ilmuNya dan menerapkan perintahNya dalam menjalani kehidupan di dunia. 

2. Mengenal Allah dan Islam
Kelanjutan dari poin pertama, bagaimana kita sebagai seorang muslim haruslah mengenal Tuhannya. Keinginan kita untuk mengenal dan mendekat selangkah, akan disambut berpuluh-puluh langkah olehNya, meski pun kita hanya berjalan perlahan, akan disambutNya dengan berlari. Bersyukur atas ampunanNya yang luas, kebaikanNya yang tanpa batas, dan sifat-sifatNya yang Agung. Kebaikan Allah yang menjadikan kita masih diberi kesempatan untuk hidup dan terus memperbaiki diri, beribadah dan berbuat kebaikan hingga akhir hayat.

3. Orang Tua
Kurang apa lagi hidup ini? Doa mereka yang menembus langit dengan cepat, surga dunia kita, dan perjuangan mereka yang membuat saya belajar. Belajar untuk menjadi kuat, belajar seni mengalah, dan belajar menerima. Semoga Allah ampuni, berkahi, dan rahmati beliau. 

4. Nikmat Sehat 
Masih hidup hingga detik ini, masih bisa pilah pilih makanan, masih bisa jalan-jalan, semua bisa karena kesehatan yang Allah beri. Saya sempat bilang ke orang tua saya saat makan, waktu itu saya sedang sakit flu, "Berasa ya kalau nikmat indra perasa (lidah) dihilangkan sebentar saja, makan pun ndak ada nikmatnya" Baru sebentar saja diberi kehilangan indra perasa saat flu, efeknya makan pun berasa tak nikmat. Bersyukur deh kalau kita dikasih lebih banyak sehatnya dari pada sakitnya, karena kalau udah sakit, ga ada lagi nilainya duit-duit yang dikumpulin, dikeluarin berapa pun supaya balik sehat lagi.

5. Orang dan Lingkungan yang Baik
Dikelilingi orang tua, keluarga, teman dan lingkungan yang baik menjadi hadiah yang harus disyukuri. Karena siapa dan dimana kita berada adalah hal yang paling menentukan bagaimana diri kita, pemikiran kita, pribadi, kebiasaan, dan lain sebagainya. Semoga kita semua selalu didekatkan dengan orang-orang jodoh yang baik serta lingkungan yang membawa pada kebaikan selalu, aamiin. 

6. Kehidupan yang Cukup
Bagi siapa pun yang baca tulisan saya ini, pastilah semuanya hidup berkecukupan. Ya iya dong masih bisa internet-an dan browsing kan? Kita semua masih bisa membeli barang yang dibutuhkan, bahkan yang diinginkan. Lagi kepengen bakso langsung ke mamang tukang bakso, bedak habis bisa beli lagi (ya kalo cewek), dan lain sebagainya yang sebenarnya kecil tapi kalau diingat-ingat ternyata mungkin kita lupa untuk bersyukur, khususnya saya pribadi nih, banyak banget maunya :p

7. Mendapat Pendidikan 
Mendapat pendidikan baik dari TK sampai kuliah sarjana merupakan hal yang saya syukuri. Padahal dulu suka malas-malasan sekolah, dan belajar, tapi setelah selesai semuanya kita akan tahu betapa berpengaruhnya pendidikan dalam kehidupan. Pendidikan bukan hanya yang formal saja loh ya, kebetulan yang saya ambil adalah jalur formalnya. Sebagaimana Allah berkata bahwa seseorang yang berilmu akan diangkat derajatnya. Dari kalangan mana pun, bangsa, suku dan agama apa pun wajib menuntut ilmu, berhak mendapat pendidikan agar lebih baik kehidupannya, Insyaallah. 

8. Waktu dan Kesempatan
Waktu yang sama diberikan 24 jam pada setiap manusia, entah saya pergunakan lebih banyak untuk beribadah/berbuat kebaikan atau sebaliknya, hanya Allah yang tahu persentasi tepatnya. Setiap hari hingga sekarang masih diberi kesempatan hidup untuk memperbaiki diri, memanfaatkan waktu untuk menjadi lebih baik dan selalu mengingatNya setiap waktu. 

9. Masih Bisa Bercita-cita
Tidak ada kata terlamat untuk membangun mimpi baru (kemudian ada foto Colonel Sanders penemu KFC). Ada beberapa keinginan kecil dan cita-cita besar yang belum terwujud, yang bakal diajuin dulu ke Allah proposalnya (meski pun Yang Maha Tau sudah tau detailnya). Semoga Allah mewujudkan cita-cita kita semua ya. 

10. Hidup di Dua Era
Bersyukurlah kamu-kamu yang lahir di era 1997 ke bawah, karena mungkin kamu merasakan kemudahan hidup di jaman sekarang sekaligus tidak melewatkan masa kecil yang senang main kelereng, manjat pohon, lompat tali, tabak (lompat-lompat), makan indomi mentah, main bekel, belajar sepeda, dan sebagainya. Bersyukur dengan masa kecil kita yang sebagian harinya dihabiskan di luar rumah dan tak pernah kehabisan permainan. Namun kita juga merasakan perbedaan nyatanya dunia sekarang dengan dulu, sulitnya "mensosialisasikan" anak zaman sekarang karena peran gadget yang semakin mendominasi manusianya.

11. Tinggal di Indonesia
Ya, Indonesia punya segalanya, Indonesia yang saya pijak merupakan tempat yang aman dan nyaman. Meski masih terbilang rawan di beberapa wilayah, namun Insyaallah tidak sesulit saudara kita yang tinggal di negara yang didalamnya hampir setiap hari terjadi peperangan, atau kesulitan air dan makanan. Terlepas dari keributan-keributan beberapa tahun belakangan ini, Indonesia tetaplah Indonesia, tanah yang nyaman tempat kelahiran kakek nenek kita. Semoga semakin banyak generasi yang mengharumkan namanya di masa depan. 

12. Berhijab
Alhamdulillah Alhamdulillah Alhamdulillah, atas nikmat Allah yang menyuruh wanita berhijab sebagai bentuk kasih sayangNya. Berhijab itu bukan menunggu siap, karena dulu pun saat berhijab pertama kalinya saya tidak siap, tapi memaksakan diri. Berhijab itu bukan menunggu hati dan perbuatan baik atau jadi orang "kalem-an dikit" dulu, mau sampai kapan nunggu kalem jadi ukhti2 dulu baru mau hijab-an? Berhijab mungkin bagi sebagian agak mengganggu untuk karir tertentu, tapi sejauh mana kita akan mengejar karir sampai mengabaikan perintahNya? Mungkin dulu saat belum berhijab saya berpikir bahwa berhijab itu menunggu siap, berhijab itu tidak sewajib sholat dan puasa, berhijab itu nunggu dapat hidayah. Tapi, ternyata semuanya cuma alasan, alasan yang dibuat-buat, berhijab itu diperintahkan Allah dalam Qur'an, dan hidayah itu tidak ditunggu tapi dijemput. Misalkan terlintas atau kepikiran "gimana kalau saya berhijab ya?" Nah pilihannya ada dua, mau pake (jemput hidayah) atau lepas begitu saja. Semoga kita lebih istiqomah, dan Allah selalu tambahkan ilmu dan gerakkan kita menuju kebaikan selalu. 

13. Perasaan Sensitive (Feeling-an/over-feeling)
Never apologies for being so sensitive or emotional. I feel, and I learn a lot. Ga terlalu baik sih untuk selalu mengikuti perasaan, cuma sebagai wanita ya dominan feeling daripada logikanya, ya kan? Wajar aja kalau yang gampang sensitif itu wanita, bukan laki-laki. Sifat perasa ini mengajarkan saya untuk lebih banyak berempati dan lebih "peka". Meski pun kadang terlalu perasa juga ga enak, tapi hikmahnya begitu banyak, Insyaallah. Harapan saya perasaan ini tidak melulu mengarah pada mudah tersinggung, mudah ngambekan atau uncontrollable emotion. 

14. Ingat Akhirat & Mati
Bukankah sebuah hal yang patut disyukuri kalau teman-teman masih mengingat akan akhirat? ngeri kali ah! Tapi semua itu nyatanya berguna supaya kita selalu "sadar diri" kalau tempat kita bukan disini, ada "kampung halaman" yang menanti kita, surga Insyaallah. Selama kita ingat tentang kenyataan tersebut, Insyaallah menjadi reminder untuk selalu melembutkan hati.

15. Status Single
Alhamdulillah 2016 masih single teman-teman, comment dong yang samaan! Allah punya berbagai cara demi menjauhkan dari orang yang salah. Udah ah, no explanation lagi untuk yang ini :p

16. Perjalanan Hidup, Hati, dan Pikiran
Hidup yang tidak sesuai rencana, hati yang mudah terbolak-balik, dan pikiran yang terkadang membunuh jiwa perlahan-lahan, semuanya menjadi seni kehidupan, warna-warni, pahit manisnya akan saya ingat sebagai bagian pendewasaan diri. Sedaaap...

17. Yang Datang dan Pergi
Dunia ini hakikatnya penuh dengan kedatangan dan kepergian, alias pertemuan dan perpisahan. Apa dan siapa pun yang datang kemudian pergi bukan cuma kebetulan, tapi membawa pesan tertentu dan pelajaran bagi kita untuk semakin ngerti esensi hidup, belajar ikhlas, dan tidak terlalu mencintai dan berharap pada sesuatu melebihi kepada Pencipta kita. 

18. Kesempatan Belajar 
Belajar hal baru, menghadiri event-event bermanfaat, akses internet, buku, semua hal tersebut merupakan media bagi saya mempelajari banyak hal dalam setahun kebelakang. Bukan cuma ilmu yang tampak saja, tapi juga pengalaman di dalamnya dan orang-orang yang kita temui juga membuat saya belajar banyak hal.

19. Diberi Kesempatan Merantau
Alhamdulillah Allah memberi kesempatan untuk keluar dari tanah bahkan negeri kelahiran untuk beberapa waktu. Sekedar untuk menyicip rasanya hidup berjauhan dari keluarga, dari rumah yang nyaman serta perlindungannya. Merantau mengajarkan banyak hal bagi masing-masing individu, umumnya merantau itu "memaksa" kita untuk mandiri, memecahkan masalah sendiri, serta menciptakan pola pikir dan pertemanan yang lebih luas.

20. Bloging 
Yas, 2015 saya mulai isi blog lagi, mulai buat public journal/diary, yang berisi hal yang Insyaallah semoga ada manfaatnya. Selain tulisan mendayu-dayu yang puitis, ada review product Insyaalah, event, atau sesuatu yang sekiranya bermanfaat akan ditulis di blogs. 

21. My Deep Thought
Pemikiran mendalam yang terkadang menjadi sahabat sering pula menjadi musuh. Kadang menghasilkan kebaikan, kerap juga bikin stress. But I feel thankful for this blessing.

22. Ketidaktahuan 
Ketidaktahuan membuat kita ingin selalu belajar dan ingin tahu. Namun ketidaktahuan yang saya maksud disini adalah ketidaktahuan kita akan rezeki, masa depan, ajal, jodoh, dan misteri-misteri lainnya yang Allah simpan. Ketidaktahuan memang sering menimbulkan kegelisahan, kekhawatiran, tapi sebenarnya ketidaktahuanlah yang membuat kita lebih tenang, lebih bertawakkal, yes?

23. Saya, Beserta Segala Kelebihan dan Kekurangannya
Be yourself, sering banget kita dengar. Tapi saya lebih memaknainya dengan terima dirimu, kekuranganmu, kelebihanmu, keunikanmu. Saya pun masih belajar banyak, untuk lebih percaya diri, menerima diri, dan memaksimalkan diri. Ngomongnya enak, tapi prakteknya agak tricky. Bersyukur terhadap apa yang ada pada diri kita, bersyukur atas apa yang ada pada diri kita, dan bersyukur atas apa yang luput dari diri kita. 

Tahun 2017 sedang berjalan, sepertinya tahun ini saya ga akan buat resolusi khusus yang tertulis dan bertarget. Buat atau nggak ya? #lahbingung

Ilmu Bersyukur butuh pembelajaran seumur hidup. Semoga tahun 2017 lebih banyak bersyukur dan selalu mendapat pembelajaran yang membawa pada kebaikan, semoga selalu berniat dan menuju pada kebaikan. Semoga apa yang saya dan teman-teman inginkan bisa tercapai, semoga apa yang kita khawatirkan segera terjawab, apa yang kita bingungkan segera diputuskan. Semoga  semua dapat menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih bermanfaat lagi bagi sekitarnya. Siapa pun yang baca sampai habis, semoga Allah perkenankan keinginan baikmu dan menghimpun kamu dalam kebaikan..Maklumi dan maafkan segala ketidaksempurnaan..Boleh dikomen bila ada tambahan hal apa yang sangat kalian syukuri dalam hidup sekarang.

Tertanda,

Ulya Yuthika, December 2016 to February 2017 (rentang waktu tulisan hingga published)

*tulisan pribadi dipindahkan dari blog pertama ulyayuthika.blogspot.com 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jangan Cintai Aku Apa Adanya

Tahun Baru, Hati Baru

Memori Desember