curhatan tak berujung

Sedikit tergelitik untuk menulis ini. Benarkah materi tidak membahagiakan? Singkatnya saya mengenal lingkungan yang sangat material oriented, dimana segala pencapaian dan kesenangan ditentukan oleh uang dan tercapainya barang yang ingin kita beli dan miliki. Saya juga pernah bahkan menjadi "hamba" berpola pikir kalau punya uang banyak = bahagia, yaitu ingatan saya tertuju pada postingan gambar yang menuliskan "people who said money can't buy happiness don't know where to shop" yas, intinya kesenangan atau kebahagiaan bagi kebanyakaan orang dan saya pun pada saat itu adalah ketika ada duit banyak, bisa beli apa pun yang dipengen, apa lah saat itu, tiket konser kpop favorit, tiket liburan, jajan baju, sepatu, dan benda-benda lucu di olshop. Senang? Iya. Bahagia? I don't think so. Bahagia itu kan bersifat eternal ya, so far yang dirasakan dan diamati memang kita merasa senang banget saat punya uang dan berhasil membeli barang yang diinginkan saat itu atau membeli jasa yang dibutuhkan. Tapi, I feel the temporary effect, setelah ter-accomplished keinginan untuk beli lipstik 5 warna misalkan, senangggg banget saat itu. Setelahnya? Either ngerasa nyesel tiba-tiba duitnya berkurang banyak atau malah kepengen lagi beli yang lain. Hal itu bakal gitu terus terulang ga ada habisnya. Sebagaimana saat kita nge-set goals setelah tercapai dan terlaksana, akan ada lagi goals baru yang ingin dicapai. 

Sebetulnya apa sih yang kita cari dalam hidup? Kerja dari pagi sampai sore, kemudian dengan mudah menghambur uang 50ribu untuk minuman penambah gula darah, fast food penyebab obes, dan pakaian yang menambah penuh sesak isi lemari. 

Think, and think. Tulisan ini fyi buat diriku sendiri yang masih menjadi pelaku. Tidak salah menggunakan uang untuk kesenangan selama bermanfaat untuk diri, yang salah itu saya, saat terlampau nafsu beli ini itu, atau ngikut gaya hidup yang tak sesuai dengan cara pandang yang saya anut.

Semoga kita semua bisa selalu memperbaiki diri ya, karna bahagia sebenarnya kalau dipikir-pikir bukan ketika kita punya uang banyak dan dipakai untuk full konsumtif. Tapi ketika kita punya uang banyak, keluarin banyak juga untuk berbagi, tolong orang yang sedang membutuhkan. Bahagia itu pun bukan pada mewahnya hidup, tapi kedekatan hati pada Pencipta dan rasa syukur. Sebab setiap manusia punya celah, celah yang sebenarnya kecil tapi seringkali membuat kurangnya rasa syukur, yang kemudian dikompor-kompori syaitan yang bersahabat dengan hawa nafsu, jadilah manusia itu kufur, tidak pernah merasa puas. Celah untuk meng-compare hidup kita dengan hidup orang yang kita lihat dari depan pagarnya lebih baik dan bahagia, padahal mana tau celah mana yang membuat orang tersebut justru menganggap kita yang lebih beruntung.

Tak ada habisnya, itulah dunia guys.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jangan Cintai Aku Apa Adanya

Tahun Baru, Hati Baru

Memori Desember