Suatu Hari Nanti...

Mungkin kelak ada masanya pintu berbunyi lebih keras, langkah kaki terhentak lebih kencang, hingga nada suara kita terangkat lebih tinggi dari biasanya.

Ada masanya pula saat kita terduduk diam, kosong, atau penuh pikiran yang bercabang, namun semuanya berlalu tanpa kata-kata sebab rasanya buntu tak ada jalan keluar. Lalu kita putuskan untuk mengambil dua raka’at dan sujud lebih lama. 

Ada kalanya pula kita tertawa akan setiap hal sampai yang tak sewajarnya ditertawakan, terpingkal hingga perut sakit, dan suara tawa tak lagi terdengar. Bertingkah seolah sepasang remaja yang jatuh cinta, atau seperti anak kecil yang hanya ingin bermain sepanjang waktu. Yang jelas saat itu definisinya adalah bahagia. 

Ada pula waktu dimana kita sibuk berdiskusi, dengan pemikiran-pemikiran besar, men-detail, dan terarah. Bahkan ada saat tertentu dimana debat kusir tak kunjung habis dilakukan hanya karna pakaian kotor yang masih terletak di tempat tidur, atau karena caraku melipat dan menyusun pakaian tidak simetris. 

Ada saatnya kita saling diam, hingga berhari-hari karna kesalahfahaman kecil. Namun karena ketakutan pada Dzat yang sama, kita pun memutuskan berdamai kurang dari tiga hari meski salah satunya harus menangis tersedu karena menahan sesak argumen baru terungkapkan. 

Suatu hari itu mungkin akan kita temukan, bahkan dengan konteks yang lebih kompleks dan beragam latar belakang penyebabnya. Nanti, saat itu terjadi di antara kita, ingatlah satu hal, satu musuh yang harus kita lawan bersama. Siapa dia? Atau apakah dia? Yah, aku tidak mau menyebutnya di sini, nanti saja kita diskusikan kala berdua.

Namun dibalik keriuhan tersebut, akan ada masa dimana kita bergantian saling berbesar hati menerima meski pun merasa benar, hingga kapal itu tetap seimbang. Dikala ombak besar menerpa, genggaman tangan kita haruslah semakin kencang. Bukan malah saling melepas hingga kita pun hilang ditelan ombak dan terjatuh dari kapal yang harusnya dikendalikan. 

Kelak kupinta jadilah kamu seorang sesuai kodratmu, tetaplah belajar dan berproses sebab sejatinya kita berjalan sendiri-sendiri. Kelak jadikan aku fasilitasmu untuk meraih surga, begitupun aku padamu. Berjuanglah, hingga kita menghilang di dunia yang fana ini, dan bertemu kembali di keabadian bersama cinta kita yang sesungguhnya, Dia Sang Maha Cinta. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Notes tentang bersyukur

Tahun Baru, Hati Baru

Memori Desember